Minggu, 22 Februari 2015

Orang yang Sudah Meninggal Dunia Mengetahui Ziarah Orang yang Hidup (Bagian 1)


Menurut Ibnu Abdil Barr, diriwayatkan dari Nabi Saw, bahwa beliau bersabda:

"Tidaklah ada di antara orang Muslim yang lewat di dekat kubur saudaranya, yang dikenalnya selagi di dunia, lalu dia mengucapkan salam kepadanya, melainkan Allah mengembalikan ruhnya kepadanya hingga dia membalas salamnya itu."

Ini merupakan nash yang menunjukkan bahwa orang yang sudah meninggal dunia dan terbujur di dalam kuburnya, bisa mengetahuinya dan juga membalas salamnya.

Di dalam Ash Shahihain diriwayatkan dari Rasulullah Saw dari beberapa jalan, bahwa beliau memerintahkan untuk mengumpulkan para korban perang Badr (dari kalangan musyrikin Quraisy) dan melemparkannya ke dalam sebuah lubang bekas sumur. Kemudian beliau mendekat dan berdiri di dekat mereka sambil memanggil nama mereka satu persatu, "Hai Fulan bin Fulan, hai Fulan bin Fulan, apakah kalian mendapatkan apa yang dijanjikan Rabb kalian adalah benar? Sesungguhnya aku mendapatkan apa yang dijanjikan Rabb-ku kepadaku adalah benar."

Umar bin Khaththab ra bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin engkau berbicara dengan orang-orang yang sudah menjadi bangkai?"

Beliau menjawab, "Demi Yang mengutusku dengan kebenaran, mereka lebih mampu mendengar apa yang kukatakan daripada kalian, hanya saja mereka tidak mampu menjawab."

Diriwayatkan dari beliau, bahwa orang yang meninggal dunia dapat mendengar suara sandal orang-orang yang mengiringinya, saat mereka meninggalkan kuburnya.

Nabi Saw mensyariatkan kepada umatnya, agar mereka mengucapkan salam kepada ahli kubur, seperti salam yang mereka ucapkan kepada lawan bicara, dengan lafazh sebagai berikut: "Salam sejahtera atas kalian, tempat tinggal orang-orang Mukmin." Ucapan semacam ini layak disampaikan kepada orang yang dapat mendengar dan memikirkannya. Jika tidak, maka ucapan semacam ini hanya ditujukan kepada orang yang tidak ada di tempat atau benda mati.

Orang-orang salaf telah menyepakati hal ini dan banyak atsar yang diriwayatkan dari mereka, bahwa orang yang meninggal dunia dapat mengetahui ziarah orang yang masih hidup di atas kuburnya, dan dia merasa gembira karena kedatangannya itu.

Abu Bakar bin Abdullah bin Muhammad bin Ubaid bin Abud-Dunya mengatakan di dalam kitab Kitabul Qubur, tentang orang yang meninggal dunia dan mengetahui kedatangan orang yang masih hidup, dari Aisyah ra, ia berkata, "Rasulullah Saw bersabda:

"Tidaklah seseorang menziarahi kubur saudaranya dan duduk di sisinya, melainkan ia mendengarnya dan menjawab pertanyaannya, hingga dia bangkit."

Dari Abu Hurairah ra, dia berkata, "Apabila seseorang melewati kubura saudara yang dikenalnya lalu dia mengucapkan salam kepadanya, maka dia menjawab salamnya dan mengenalinya. Jika dia melewati kuburan orang yang tidak dikenalnya, lalu mengucapkan salam, maka dia hanya membalas salamnya."
Dari seseorang dari kerabat Ashim al Jahdari, dia berkata, "Aku bermimpi bertemu dengan al Jahdari, enam hari setelah ia meninggal dunia. Dalam mimpi itu aku bertanya kepadanya,"Bukankah engkau sudah meninggal dunia?"
"Benar," jawabanya.
"Di mana engkau berada saat ini?" aku bertanya.
Dia menjawab, "Demi Allah, aku berada di sebuah taman dari taman-taman surga. Aku bersama beberapa rekanku berkumpul pada setiap malam Jumat dan pagi harinya, lalu kami sama-sama menghadap Abu Bakat bin Abdullah al Mazny, untuk mencari kabar tentang kalian."
Aku bertanya lagi, "Apakah itu jasad kalian atau ruh kalian?"
"Sama sekali tidak. Jasad telah usang. Hanya ruh-ruh yang saling bertemu," jawabnya.
"Apakah kalian mengetahui kedatangan kami yang menziarahi kalian?" tanyaku.
"Ya, kami mengetahuinya pada Jumat petang dan pada hari Sabtu hingga terbit matahari," jawabnya.
Aku bertanya lagi, "Mengapa yang demikian itu tidak berlaku untuk semua hari?"
Dia menjawab, "Mengingat kelebihan hari Jumat dan keagungannya."

Dari al Qashab, dia berkata, "Setiap Sabtu pagi aku pergi bersama Muhammad bin Wasi' ke kuburan. Kami mengucapkan salam kepada orang-orang yang dikubur di sana dan juga mendoakan mereka. Setelah itu kami kembali. Suatu hari kukatakan kepada Muhammad bin Wasi', "Bagaimana jika jadwal ziarah kita ubah menjadi hari Senin?"
Dia menjawab, "Aku pernah mendengar riwayat bahwa orang-orang yang meninggal dunia dapat mengetahui para peziarahnya pada hari Jumat dan sehari sebelum serta sesudahnya."

Dari Sufyan ats Tsauri, dia berkata, "Aku pernah mendengar dari Adh Dhahhak, bahwa dia berkata, "Siapa yang menziarahi suatu kuburan pada hari Sabtu sebelum matahari terbit, maka mayit penghuni kubur itu mengetahui ziarahnya."
Ada seseorang bertanya, "Bagaimana itu bisa terjadi?"
Dia menjawab, "Karena keistimewaan hari Jumat."

Dari Abut Tayyah, dia berkata, "Mutharrif pergi pada pagi-pagi buta, yang saat itu adalah hari Jumat, sambil membawa cemetinya, yang pada suatu malam ujung cemeti itu mengeluarkan sinar. Dia tiba di areal kuburan sambil tetap menunggang kudanya. Dia melihat orang-orang yang di kubur duduk di atas kuburannya masing-masing. Mereka berkata, "Inilah Mutharrif yang datang pada hari Jumat."
Mutharrif berkata, "Aku bertanya kepada mereka, 'Apakah kalian semua juga mengenal hari Jumat?'"
Mereka menjawab, "Ya, kami juga mendengar apa yang dikatakan burung pada hari itu."
"Apa yang mereka katakan?" tanyanya.
Mereka menjawab, "Mereka berakata, 'Salam, salam'." (Bersambung ke bagian 2)
 

0 komentar:

Posting Komentar